السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

text berjalan

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Menu

Senin, April 01, 2013

Kebijakan Uni Eropalah Yang Menyebabkan Cyprus Alami Krisis


Seorang Analis dan ekonom dari New York  Ian Williams mengatakan dalam sebuah wawancara televisi, bahwa sebenarnya kebijakan ekonomi Uni Eropa (UE) yang menjadi penyebab Siprus mengalami krisis.
' Cyprus dipaksa, sekali lagi, menerapkan kebijakan neo-liberal dengan menciutkan anggaran belanja pemerintah ketika akan menerima anggaran belanja pemerintah untuk meningkatkan ekonomi mereka, bahkan jika pemerintah mengambilalihnya dan menggunakannya dengan produktif '  katanya.
Williams mengatakan, lembaga-lembaga keuangan internasional membuat runtuh Siprus dengan memaksanya menciutkan anggarannya dan harus melepaskan diri dari kebijakan-kebijakan neo-liberal.
Dengan latar belakang ini, ekonomi Cyprus mendapat pukulan lagi dan diperkirakan akan mati dengan diumumkannya oleh pemerintah bahwa akses kepada rekening bank pribadi akan dibatasi dan penarikan dibatasi menjadi 300 euro per hari - peraturan yang diterapkan guna mencegah terjadinya rush ke bank-bank.
Menteri keuangan Siprus mengatakan, sejumlah deposan bank mengalami kerugian hingga 80% aset mereka di dalam kelebihan 100.000 euro.
Tanda tanya tentang mengapa harus masyarakat yang menanggung problema yang bukan tanggung jawab mereka tidak pernah demikian gencarnya di kalangan rakyat Cyprus, dan keadaan sekarang ini merupakan puncak dari pemberlakuan langkah penghematan.


Sementara penanganan yang unik oleh zona euro terhadap bailout Cyprus menambah tekanan downgrade terhadap rating kredit blok Eropa dan menunjukkan para pembuat kebijakan terlalu meninggikan kemampuan mereka untuk menangani krisis, menurut agensi rating Moody's.



Cyprus mendapatkan bailout senilai 10 milyar euro dari pihak internasional pekan ini, namun dengan syarat yang berbeda yaitu dengan mengambil hingga 40% dari dana yang ditabungkan pada bank-bank Cyprus oleh individu kaya dan perusahaan.



Analis pasar cemas bahwa hal ini dapat menjadi contoh yang buruk bagi masa depan dan membuat sektor perbankan kawasan menjadi lebih rapuh jika nasabar berpikir dana mereka sudah tidak aman lagi. Demikian kutipan  berita dari kawan Uni Eropa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar